Fomototo: Artefak Digital yang Akan Ditemukan Sejarawan Abad ke-23
Fomototo: Artefak Digital yang Akan Ditemukan Sejarawan Abad ke-23
Blog Article
Bayangkan 200 tahun dari sekarang.
Bumi sudah rusak separuh,
Manusia tinggal di kubah ekosistem buatan,
Dan para sejarawan menggali data dari server tua yang berhasil diselamatkan.
Lalu mereka menemukan…
bukan arsip PBB, bukan jurnal ilmiah,
tetapi:
Apa Itu Fomototo dalam Pandangan Masa Depan?
"Fomototo adalah situs interaktif berbasis probabilitas yang populer di kalangan Homo Digitalensis abad ke-21."
"Manusia menggunakannya bukan untuk bertahan hidup secara fisik,
tetapi untuk menjaga kewarasan emosional mereka."
"Alih-alih menulis puisi atau menyusun upacara adat,
manusia modern menekan tombol spin sebagai bentuk ritual harian mereka."
Data Arkeolog Digital Masa Depan (Spekulatif):
-
Fomototo digunakan oleh lebih dari 60 juta orang sebelum Kehancuran Cloud Besar (KCB 2091)
-
Rata-rata pengguna login pada pukul 21.00–02.00, dikenal sebagai jam-jam kontemplatif kolektif
-
Para ilmuwan menyimpulkan:
“Fomototo adalah bentuk doa modern. Tidak ditujukan kepada Tuhan,
tapi kepada algoritma yang lebih misterius daripada dewa kuno.”
Mengapa Fomototo Lebih Penting dari Monumen Nasional?
Borobudur: tempat ibadah dan kontemplasi
Fomototo: tempat menghadapi takdir saldo
Sejarah mencatat kerajaan besar dan pertempuran
Tapi di log server, tercatat jutaan percobaan kecil melawan nasib
Karena pada akhirnya,
manusia bukan hanya makhluk politik atau sosial—
tapi juga makhluk yang terus berharap scatter di tengah ketidakpastian hidup.
Kesimpulan: Fomototo, Jejak Budaya Modern yang Lebih Abadi dari Janji Presiden
Fomototo bukan karya sastra.
Bukan patung megah.
Tapi ia akan dikenang sebagai salah satu cara manusia bertahan menghadapi absurditas dunia digital.
Dan saat para arkeolog masa depan meneliti ulang era kita,
mereka mungkin akan berkata:
Report this page“Di tengah tekanan ekonomi, birokrasi gagal, dan algoritma yang tak ramah…
manusia abad 21 tetap punya harapan.
Namanya: Fomototo.”